Wednesday, October 23, 2013

Retrouvailles

Januari, ribuan hari yang lalu.
Di sudut itu kita duduk. Kamu dengan sebatang rokokmu menyaksikan lalulintas di jalanan yang ramai namun  masih terlihat ramah dan syahdu. Sunggu berbeda dengan kotaku. Tahukah kamu aku sangat menikmati pemandangan saat melihatmu menghisap dan menikmati rokokmu?

Di kota ini nyaman, katamu. Aku hanya mengiyakan. Mataku kembali menatap lampu jalanan. Aku lebih banyak diam. Menikmati detik-detik yang tersisa, merekam semua pembicaraan. Padahal untukku bukan kota ini yang nyaman. Tapi kamu, bersama kamu lebih dari sekedar nyaman.
Waktu kita hanya tersisa beberapa jam lagi sebelum kereta malamku membawaku kembali. Perasaanku mulai sudah tidak karuan. Kamupun harus segera kembali kepadanya. Entah berapa puluh pesan di telpon genggamku yang aku abaikan. Aku harus kembali ke kotaku dan berjanji akan segera kembali ke kotamu. Secepatnya. Dengan semua alasan yang dirasionalkan diada-adakan. Akan selalu ada alasan untuk kembali kesini, katamu. Dan tahukah kamu, alasanku hanya kamu.

Februari, ratusan hari kemudian
Akhirnya kita berada disini lagi. Di sudut yang sama. Membuat janji untuk berjumpa. Menunggu hujan reda,  mengabaikan tiket konser yang kamu beli untuk kita. Yang akhirnya terbuang sia-sia. Mentertawakan kebodohan di tengah rintik hujan yang sedang membuat cerita. Dan tahukah kamu, saat itu yang aku inginkan hanya berada di sampingmu, saat tanganku berada dalam genggammu.
Katamu kamu rindu, memintaku untuk berjanji kembali bertemu. Aku hanya bisa membisu, dengan rasa hati bagaikan dipalu. Memandangmu pun aku tak mampu.

Oktober,
Ratusan hari setelah itu sudah terlewati. Dengan sejumlah janji yang tidak semua dapat ditepati. Aku hanya ingin kembali ke kota itu lagi. Kali ini hanya ada kata ganti orang pertama dan kata ganti orang kedua. Tanpa lagi terbeban dengan  kata ganti orang ketiga.
Kamu tidak lagi menetap di sana. Tapi memang akan selalu ada alasan untuk kembali ke kota itu. Dan saat hari itu tiba, aku akan merasa bahagia, karena saat itu hanya akan ada kita. Pronomina persona jamak.
Ya, kita. Akhirnya.


Indische Koffie 
di antara ribuan hari penuh cerita

Tuesday, October 22, 2013

Selamat Malam

Selamat malam pria tampan pembaca pikiran.
Dengan mudahnya kamu menebak semua yang akan orang-orang katakan. pasti kamu sudah mulai bosan. Katamu kamu sudah mulai kehilangan tantangan

Selamat malam pria tampan pembaca pikiran.
Kulihat kamu dengan seorang perempuan. Aku sadar kamu bukanlah seorang begawan.
Dan aku semakin penasaran.

Selamat malam pria tampan pembaca pikiran.
Akhirnya kamu menghampiriku dengan pelan. Katamu hanya akulah yang bisa mengisi kealpaan.
Kamu bilang karena aku penuh dengan terkaan.
Ingin aku bertanya, namun terasa segan.
Sampai kapan kamu bisa bertahan, pria tampan pembaca pikiran?